Mengapa Manusia Dianggap Sebagai Hewan yang Berpikir atau Berakal?
Aristoteles, seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa manusia adalah hewan berakal atau berpikir. Artinya apa ya? Jadi, Kita hewan dong? Iya benar, manusia adalah hewan, tapi hewan yang mampu mengendalikan akal pikirannya (berpikir).
Pernyataan ini pertama kali diungkap oleh Aristoteles, seorang filsuf asal Yunani yang gemar menulis berbagai hal unik dengan subyek fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.
Namun, siapa sangka pernyataan aneh ini mampu merambat ke dunia Biologi dan berhasil menghipnotisnya, khususnya dalam ilmu taksonomi yang hingga saat ini menyatakan manusia adalah hewan.
Klasififkasi Ilmiah
Kingdom | Animalia |
Filum | Chordata |
Kelas | Mammalia |
Ordo | Primates |
Subordo | Haplorhini |
Family | Hominidae |
Subfamily | Homininae |
Bangsa | Homini |
Genus | Homo |
Spesies | Homo sapiens |
Namun, jangan kebakaran jenggot dahulu. Anggapan yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah hewan yang paling sempurna, anggap saja raja dari segala jenis hewan.
Tapi.. kenapa ya tidak membuat kingdom baru saja?
Klasifikasi ini nggak ngawur kok, suatu kingdom atau kerajaan dipecah lagi menjadi beberapa sub kelompok yaitu filum, kelas, ordo, family dan seterusnya.
Pada tabel diatas menjelaskan bahwa, kita manusia pada umumnya memiliki nama ilmiah Homo Sapiens, sebenarnya masih banyak lagi tipe manusia seperti H Habilis,H Erectus dan spesies manusia purba lainnya.
Nah kan ada banyak jenis manusia kenapa nggak buat kingdom baru saja?
Antara H Habilis,H Erectus, H Sapiens, dkk tidak ada perbedaan yang sangat mendasar seperti perbedaan sitem pernfasan, sistem metabolisme ataupun sistem ekskresi. Yang membedakan mereka hanyalah bentuk tulang, ukuran otak dan beberapa perbedaan fisiologis berskala kecil lainnya. Intinya secara morfologi hampir sama.
Ibarat bunga anggrek bulan yang memiliki genus Phalaenopsis, lebih dari 30 spesies anggrek dimasukan ke dalam genus ini, seperti Phalaenopsis amabilis, Phalaenopsis amboinensis,
Phalaenopsis aphrodite dan masih banyak lagi.
Hal ini menjadi masalah bagi manusia untuk membuat kingdom baru. Jadi, manusia dimasukan kedalam kingdom animalia sebagai makhluk Chordata (bertulang Belakang), Mamalia (Melahrikan) dan seterusnya.
Han Spemman, ilmuan asal Jerman, mengemukakan fakta bahwa tulang ekor pada manusia pada hakekatnya sama seperti tulang ekor pada binatang. Paradigma tersebut adalah salah satu dari sekian landasan teori bagi ilmuan untuk mengelompokkan manusia ke dalam kingdom animalia atau binatang.
Meskipun manusia masuk ke dalam kingdom animalia. Namun, manusia diklaim sebagai hewan yang paling sempurna diantara semua makhluk yang berstatus animalia.
Untuk itu, demi menjaga kehormatan manusia, alangkah baiknya kita tidak berlaku seperti hewan lainnya. Yang tidak memiliki etika dan logika dalam bertindak.